Selasa, 02 November 2010

Eza Gionino (lahir di Samarinda, 11 Mei 1990; umur 20 tahun) adalah seorang pemeran Indonesia. Eza mengawali kariernya lewat sebuah acara Coverboy. Saat pertama kali ingin terjun ke dunia akting, Eza mencoba melamar lewat MD Entertainment namun belum berhasil. Setelah itu ia pun ditawari oleh rumah produksi lain untuk bermain sinetron Idola. Setelah itu, ia pun mencoba melamar kembali ke PH sebelumnya dan hasilnya ia pun lolos kasting.
Daftar Isi:
1. Sinematografi
2. Filmografi
3. Pranala luar
Eza Gionino
Ezagionino.jpeg
Lahir 11 Mei 1990 (umur 20)
Flag of Indonesia.svg Samarinda, Indonesia
Pekerjaan Aktor
Tahun aktif 2007 - sekarang

1. Sinematografi











    PENGGEMAR sinetron BCL (Bayu Cint Luna-red)      pasti mengenali sosok cowok putih cute yang dikenal sebagai Ivan. Di awal-awal episode, mungkin Anda malas melihat tingkah Ivan yang menyebalkan -- membenci istrinya sampai tega melukai. Tapi lama-lama, memasuki episode ke-100, perlahan-lahan emosi Anda mulai mereda dan Anda pun mulai berpikir, cowok satu ini lucu juga, ya. Siapa sih dia? Aktor kelahiran Samarinda, 11 Mei 1990 ini sudah cukup lama merambah dunia akting, lho.
Eza Gionino mengawali kariernya di dunia hiburan melalui ajang pemilihan model sebuah majalah remaja tahun 2006.
“Suatu hari pas lagi buka-buka majalah, kakakku  ngomong begini: Za, kamu harus ikut-ikut kayak begini nih. Aku sih ketawa saja. Jadi, itu ajang pemilihan model yang diselenggarakan sebuah produk, yang kerja sama dengan majalah. Ya sudah, kakakku menyiapkan foto-fotonya. Diam-diam dia mengirim foto-fotoku ke majalah itu. Enggak nyangka, ada kabar, aku terpilih,” ungkap Eza yang saat itu tinggal di Malang.
Inilah yang membawa Eza ke Jakarta. Memenangkan ajang itu membuat Eza ditarik sebuah production house dan dikontrak satu tahun. “Waktu itu aku sama-sama Kiki Farrel. Kami satu angkatan, seperjuangan,” ujarnya.
Layaknya pendatang baru lain, dikontrak satu tahun oleh rumah produksi bukan jaminan bisa langsung menjadi bintang besar. “Ini baru awal dari proses yang harus aku lewati,” cetus Eza. Memulai dari peran-peran kecil, di program-program mingguan. Menunggu berjam-jam untuk satu scene, mau tak mau dilewati Eza sebagai pendatang baru.
“Aku rasa hampir semua pemain pernah melalui masa-masa ini. Cuma dapat satu scene tapi harus menunggu seharian. Tapi aku melihat ini sebagai sebuah proses. Ini kerja tim. Enggak mungkin, mentang-mentang aku cuma dapat satu scene, harus minta duluan,” kata putra bungsu dari empat bersaudara ini.
Kerasnya hidup di Jakarta, bagaimana lelahnya “menunggu” di lokasi syuting itu belum apa-apa dibandingkan kerja kerasnya sejak SMP. “Hidup ini proses. Buatku mau jadi pelayan, bintang sinetron semuanya sama saja. Jadi karena dari dulu sudah terbiasa kerja, beratnya syuting sekarang, bagaimana harus menunggu berjam-jam rasanya sudah biasa saja,” ungkapnya.
Di usianya yang masih cukup belia, Eza telah berpikir bagaimana caranya membahagiakan ibu dengan jerih payah sendiri. Atau bagaimana caranya mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa harus minta kepada orangtua? Makanya jangan heran, sejak duduk di bangku SMP, cowok keturunan India-Kalimantan ini sudah cari uang untuk membiayai sekolahnya.
“Aku pengin mandiri. Karena aku melihat kakak-kakakku juga seperti itu. Kedua orangtuaku cerai, jadi aku juga enggak mau menambah beban Mama lagi. Jadi dari SMP, aku sudah cari uang sendiri, bayar uang sekolah sendiri, full pakai hasil jerih payahku. Walaupun saat itu Mama juga punya pekerjaan, dia usaha pakaian. Tapi aku enggak mau merepotkan dia,” jelas Eza.
Dari seorang kenalan, Eza pernah memberikan jasanya di bagian banquet sebuah hotel. “Tenaga lepas saja, enggak pegawai tetap, kan aku masih sekolah,” ujarnya. Deskripsi pekerjaannya itu mengangkat bangku, meja, ke ballroom atau ruang lain di hotel kalau mau ada acara.
Pekerjaan menjadi pramusaji di Pizza Hut pun dilakoni Eza. “Kerja di sana satu tahun, jadi waiter. Aku enggak pernah merasa pekerjaan A atau B rendah, dan aku enggak pernah merasa malu. Pekerjaan apa pun aku jalani,” bilangnya.
Dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang sekolah, jam 3 siang hingga jam 9 malam Eza bekerja. Beginilah rutinitas Eza saat itu. Membuatnya tak memiliki waktu bermain. “Aku dari dulu jarang nomgkrong atau berteman sama anak-anak seusiaku. Temanku kebanyakan tua. Karena kerja tadi. Pulang sekolah kerja, habis kerja sudah capek, ya aku lebih memilih istirahat, tidur di rumah,” ungkapnya.
Sampai sudah menjadi aktor, kebiasaan ini masih terbawa. Berbincang dan main dengan orang yang lebih dewasa. Satu lagi, Ruch Gaya, Ibu Eza, masih menjadi yang terpenting dalam hidupnya.
 “Dari dulu sampai sekarang, tujuanku cuma satu. Bagaimana caranya membahagiakan mama dengan jerih payahku sendiri. Sekarang mungkin aku bisa memberikan apa saja untuk dia. Kalau ditanya lebih bahagia dulu atau sekarang? Aku merasa lebih bahagia dulu, kalau ingat aku bisa sekolah tanpa minta uang sepeser pun dari dia. Kayaknya itu bisa meringankan dia banget,” papar Eza yang sempat bermain di film Best Friend (2008) bersama Nikita Willy dan Risty Tagor.
(val/gur)


Related news items:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar